Beli di Puncak, Jual Di Puncak Yang Lebih Tinggi: Membedah Strategi Favorite Kami untuk Keuntungan Maksimal (2 dari 2)

MMD

Sun, 26 Oct 2025

4.0 Sinyal Beli yang Tepat: Kapan Harus Mengeksekusi Strategi "Buy High"


Menerapkan strategi "Beli di Puncak" atau “Buy High” bukan berarti membeli setelah harga sudah naik tinggi melainkan membeli setelah harga melewati level tertentu (yang seringkali dilihat harga sudah naik tinggi). Ada beberapa metode yang digunakan untuk menemukan sinyal beli yang valid ketika harga sudah naik tinggi.


Strategi 1: Beli Saat Penetrasi (Breakout Strategy)

  • Definisi: Momen ketika harga naik melewati level resistance yang telah ditentukan menandakan minat beli telah mengalahkan tekanan jual.
  • Konfirmasi: Sesuai prinsip Teori Dow "Volume Must Confirm The Trend," sebuah breakout yang valid harus disertai dengan volume yang tinggi. Ini menunjukkan minat beli dapat dikatakan valid dan lebih besar dari minat jual.


Strategi 2: Mengikuti Uptrend (Follow The Uptrend)

  • Definisi: Menggunakan indikator teknikal atau metode Analisis Teknikal Klasik untuk memastikan suatu aset berada dalam tren naik yang berkelanjutan (Continuous Uptrend) sebelum menambah posisi (ada Higher High - Higher Low yang berkelanjutan).
  • Konfirmasi: Validasi menggunakan Trend-Following Indicators. Contoh paling umum adalah memastikan harga aset secara konsisten berada di atas Moving Average penting (SMA 200 untuk tren jangka panjang atau kami prefer SMA 60). Beli atau Add Position (Average Up) dilakukan saat harga berada (Breakout) di atas indikator ini.


Kedua strategi ini memastikan bahwa keputusan "Buy High - Sell Higher" dilakukan saat ada bukti yang kuat, bukan emosi. Namun, ada satu lagi metode yaitu membeli saat terjadi koreksi sesaat di tengah Uptrend alias Technical Correction.


5.0 Membeli Saat Koreksi (The 'Right' Way to Buy a Dip)


Meskipun membeli saat harga turun secara membabi buta dalam sebuah downtrend sangat berisiko, ada cara yang lebih aman untuk membeli pada saat harga melemah. Cara aman tersebut adalah membeli pada saat terjadi penurunan harga sementara ditengah Uptrend alias Buy on Technical Correction. Strategi yang dikenal sebagai Buy on Weakness atau Buy The Dip, bukanlah tentang menangkap pisau jatuh, melainkan tentang membeli aset yang memang bagus namun sedang "beristirahat" sebelum melanjutkan kenaikannya. Istirahat tersebut juga dapat diartikan dengan pelaku pasar dengan nilai yang relatif kecil atau dengan orientasi jangka pendek melakukan aksi Taking Profit dengan cara menjual aset tersebut. Namun Investor besar masih memegang aset tersebut atau masih tertarik untuk membeli lebih banyak aset tersebut.


Agar sebuah penurunan harga dapat dianggap sebagai peluang beli yang valid, ada beberapa kondisi spesifik harus terpenuhi. Berikut adalah tiga poin yang harus dipenuhi sebelum mengeksekusi strategi Buy on Technical Correction:


Kondisi Tren Utama Harus Uptrend Langkah pertama dan yang paling penting adalah memastikan bahwa tren aset saat ini masih dalam kondisi uptrend (kalau bisa dalam kondisi Primary Uptrend). Ini harus dikonfirmasi menggunakan Trend-Following Indicators seperti Moving Average. Jika harga masih berada di atas MA jangka menengah atau panjang, tren utama dianggap masih utuh (Primary Uptrend).


Sifat Penurunan adalah Koreksi yang Wajar Penurunan harga harus diidentifikasi sebagai "Technical Correction wajar", bukan awal dari pembalikan tren. Secara spesifik, koreksi ini sering kali berhenti di dalam area Fibonacci Retracement 38.2% hingga 61.8%. Area ini dianggap sebagai zona support dinamis di mana pembeli cenderung kembali masuk setelah aksi ambil untung jangka pendek selesai.


Kondisi Harga Menunjukkan Oversold Momentum Indicators (seperti Stochastic Oscillator atau RSI) harus berada di area Oversold. Sinyal oversold menunjukkan bahwa tekanan jual jangka pendek kemungkinan besar sudah mencapai titik jenuhnya dan harga berpotensi mengalami kenaikan (Rebound) untuk kembali ke arah yang sejalan dengan tren utamanya.


Pendekatan disiplin ini mengubah 'membeli saat turun' dari sebuah pertaruhan buta menjadi sebuah manuver yang terencana. Anda tidak lagi mencoba menangkap pisau jatuh; sebaliknya, Anda secara strategis membeli aset pemenang saat ia sedang 'mengambil napas' dalam perjalanannya menuju puncak yang lebih tinggi.


6.0 Kesimpulan: Dari Pemburu Diskon Menjadi Pemenang Momentum


Perjalanan investasi yang sukses sering kali menuntut kita untuk menantang conventional wisdom dan mengadopsi pola pikir yang lebih strategis. Artikel ini telah membedah sebuah paradigma yang kuat: beralih dari mentalitas "pemburu diskon" yang berisiko menjadi "pemenang momentum" yang cerdas. Kita telah melihat bagaimana strategi "beli saat turun" yang tidak terarah dapat menjadi jebakan, sementara menyelaraskan diri dengan tren pasar yang dominan (Uptrend) membuka peluang keuntungan yang lebih besar.


Dengan memahami strategi dari "Average Up", kita belajar untuk mengalokasikan modal pada aset - aset terbaik kita, bukan pada aset yang berkinerja buruk. Lebih penting lagi, kita telah menguraikan metode  untuk mengidentifikasi titik masuk dengan probabilitas Profit yang tinggi—baik melalui sinyal breakout yang divalidasi oleh volume, konfirmasi dari indikator tren, maupun pendekatan hati-hati untuk membeli saat terjadi koreksi teknis yang wajar dalam sebuah uptrend.


Pada akhirnya, kesuksesan jangka panjang di pasar tidak hanya ditentukan oleh apa yang Anda lakukan, tetapi juga bagaimana Anda melakukannya. Sebagaimana sebuah nasihat bijak mengingatkan kita:


Do the right things and do the things right.


Menerapkan strategi ini adalah cara Anda untuk Do the right things yaitu menyesuaikan diri dengan kekuatan tren lalu Do the things right yaitu mengeksekusinya dengan disiplin, berdasarkan analisis yang cukup serta (yang sering dilupakan) kesabaran. Jadilah pemenang momentum, bukan lagi pemburu diskon yang spekulatif.

0 Comments

Leave a comment