4 Konsep Analisis Teknikal yang Akan Mengubah Cara Kamu Melihat Market

MMD

Sun, 26 Oct 2025

4 Konsep Analisis Teknikal yang Akan Mengubah Cara Kamu Melihat Market

4 Konsep Analisis Teknikal yang Akan Mengubah Cara Kamu Melihat Market


Kebingungan saat melihat grafik harga yang acak dan tanpa arah adalah hal yang wajar dialami banyak orang. Namun, di balik pergerakan tersebut, sebenarnya terdapat sebuah cerita — struktur, psikologis, dan siklus— yang dapat dibaca oleh mereka yang tahu caranya. Ada beberapa konsep kunci dalam analisis teknikal yang dapat membantu kamu memahami pergerakan harga pasar. Yuk kita bahas lima konsep yang akan mengubah cara kamu memandang pergerakan harga pasar.


1. Satu Grafik - Tiga Tren Berbeda Sekaligus


Sebuah fakta yang sering mengejutkan adalah bahwa dalam satu waktu, harga pasar suatu aset bisa berada dalam beberapa tren yang berbeda secara bersamaan.


Dow Theory mengklasifikasikan tren ini menjadi tiga tingkatan berdasarkan durasinya:

  • Primary Trend: Ini adalah tren utama jangka panjang, biasanya berlangsung antara 9 bulan hingga 2 tahun. Arahnya sangat dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi global dan domestik.
  • Intermediate (atau Secondary) Trend: Tren sekunder ini memiliki durasi 6 minggu hingga 9 bulan. Pemicunya sering kali adalah berita harian atau siklus musiman yang tidak mengubah fundamental secara keseluruhan.
  • Minor Trend: Ini adalah tren jangka pendek yang berlangsung antara 2 hingga 6 minggu. Sifatnya cenderung lebih acak dan dipengaruhi oleh banyak faktor kecil.


Untuk memperjelas, perhatikan contoh konkret dari studi kasus teknikal: "Pada poin (4) c, trend yang terjadi adalah Primary Uptrend, Secondary Downtrend, dan Minor Downtrend." Ini adalah ilustrasi di mana tren utama masih naik, namun dalam jangka menengah dan pendek harga sedang mengalami koreksi turun.


Implikasi Praktis: Seorang investor jangka panjang tidak akan panik menjual saat terjadi Minor Downtrend jika ia tahu Primary Trend masih kuat naik.


2. Momen Paling Membosankan Seringkali yang Paling Penting: Pentingnya Pasar Sideways


Pasar sideways adalah kondisi di mana pergerakan harga tampak datar dan tidak memiliki arah yang jelas (naik atau turun). Secara Analisis Teknikal, kondisi ini terbentuk ketika puncak (Peak) dan lembah (Trough) harga menjadi tidak teratur—misalnya, harga menciptakan puncak yang lebih tinggi (Higher High) namun diikuti oleh lembah yang lebih rendah (Lower Low).


Meskipun terlihat membosankan, fase ini "sangat penting dalam Analisis Teknikal" karena merupakan masa gencatan senjata antara bulls dan bears, di mana tekanan beli dan jual mencapai ekuilibrium. Setelah fase konsolidasi ini berakhir, ada dua kemungkinan besar yang akan terjadi: tren sebelumnya akan berlanjut (Continuation) atau harga akan berbalik arah (Reversal). Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip Dow Theory: Dow Theory : Line Indicates Movement


Pandangan ini mengubah persepsi pasar yang datar dari "tidak terjadi apa-apa" menjadi sebuah fase krusial di mana pasar sedang "menentukan arah selanjutnya" sebelum salah satu pihak menang.


Implikasi Praktis: Alih-alih mengabaikan pasar yang datar, seorang analis justru akan mengamatinya dengan cermat, menunggu sinyal breakout atau breakdown yang menandakan dimulainya pergerakan besar berikutnya.


3. Ikuti Jejak "Smart Money": Memahami Tiga Fase Psikologis Pasar


Pergerakan harga pasar, baik dalam siklus Bullish (naik) maupun Bearish (turun), melalui tiga fase psikologis yang dapat diidentifikasi (bahkan senada dengan disiplin ilmu lain seperti Makro Ekonomi dan Analisis Fundamental). Memahaminya membantu kita melihat jejak para pemain besar serta dapat mencocokkan kondisi secara umum.


  • Fase Akumulasi: Ini adalah fase awal di mana harga bergerak dalam rentang yang sempit dan berita mengenai aset tersebut masih sepi. Di sinilah, menurut teori, para 'Smart Money' atau investor dengan informasi terbaik mulai masuk ke pasar, seringkali mendahului investor institusional. Di fase ini, biasanya data makro dan laporan bisnis emiten masih belum buruk namun ada kecenderungan membaik - untuk yang mendalami secara detil.
  • Fase Mark Up (Partisipasi Publik): Pada fase ini, harga mulai bergerak cepat dengan volume transaksi yang besar. Media mulai mempublikasikan berita secara luas, menarik perhatian publik untuk ikut berpartisipasi. Data dan informasi mulai bermunculan dan mengonfirmasi estimasi para Investor. Pada siklus Bearish, fase penurunan tajam ini dikenal sebagai Fase Mark Down (Panic Selling).
  • Fase Distribusi: Momentum pergerakan harga mulai melambat. Berita, informasi dan data sudah diketahui oleh semua orang, dan pasar sering kali diwarnai oleh perasaan Euphoria (pada puncak Bullish) atau Despair (pada dasar Bearish).


Dengan mengenali fase-fase ini, seorang analis dapat mengidentifikasi kapan "pemain besar" kemungkinan besar sedang mengakumulasi aset dan kapan mereka mulai mendistribusikannya kepada publik. Investor bijak berkata : jangan hadir di akhir pesta.


Implikasi Praktis: Dengan mengidentifikasi fase saat ini, Anda dapat menghindari jebakan membeli di puncak euforia (fase distribusi) atau menjual di dasar keputusasaan (akhir fase akumulasi).


4. Matematika Kuno yang Memprediksi Koreksi Pasar: Keajaiban Angka Fibonacci


Fibonacci, seorang ahli matematika dari Italia bernama Leonardo of Pisa, mengenalkan deret angka yang rasionya ternyata muncul berulang kali di alam—dan juga di pasar keuangan. Salah satu aplikasi paling praktisnya adalah untuk mengukur pergerakan korektif alias Technical Correction.


Bahkan dalam tren naik (Uptrend) yang kuat, harga tidak bergerak lurus ke atas. Ada kalanya ia "beristirahat" dan turun sementara—inilah yang disebut Technical Correction. Sebaliknya, kenaikan harga sementara yang terjadi di tengah Downtrend yang kuat disebut Technical Rebound. Dalam fase ini, biasanya para pelaku pasar melakukan aksi Taking Profit (Sell untuk Trader yang Go Long dan Buy untuk Trader yang Go Short). Namun tidak semua pelaku pasar yang melakukan aksi tersebut karena sangat mungkin banyak Investor besar masih ingin mengakumulasi aset tersebut sehingga tren sebelumnya masih berlanjut.


Studi menunjukkan bahwa koreksi atau pantulan yang wajar umumnya akan berhenti di area Fibonacci Retracement 38.2% hingga 61.8%. Sangat menarik bagaimana rasio matematis ini seolah merefleksikan ritme psikologis alami dari optimisme dan ketakutan para pelaku pasar, menjadikannya semacam ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya (self-fulfilling prophecy). Sebagai contoh, pada kasus saham ADRO, harga terkoreksi ke area Fibonacci 50% - 61.8% sebelum akhirnya kembali melanjutkan Uptrend-nya.


Implikasi Praktis: Saat harga terkoreksi dalam sebuah tren naik, area Fibonacci 38.2% - 61.8% menjadi zona pantau krusial untuk mencari sinyal beli atau akumulasi, dengan asumsi tren utama masih utuh.


Kesimpulan: Dari Kebingungan Menuju Kejelasan


Di balik grafik harga yang terlihat kacau, keteraturan yang dapat dianalisis. Memahami konsep-konsep dasar ini adalah langkah pertama untuk mengubah kebingungan menjadi informasi yang lebih jelas. Dengan berbagai metode di dalam Analisis Teknikal, informasi tersebut dapat digunakan untuk menyusun strategi investasi untuk memperbesar peluang profit di aset apapun selama memiliki harga pasar yang dapat bergerak bebas sesuai dengan aksi pelaku pasar.


Informasi ini menjadi salah satu topik penting dalam kursus Analisis Teknikal Komprehensif yang kami bundle dalam TA4MI.


Belajar Analisis Teknikal untuk mencari profit di berbagai aset investasi yuk di sini.

0 Comments

Leave a comment